Ogoh-ogoh merupakan tradisi masyarakat Hindu untuk menyambut Hari Raya Nyepi. Tradisi ini diadakan saat Pengerupukan. Pengerupukan merupakan hari sebelum Hari Raya Nyepi atau tilem sasih kesanga. Ogoh-ogoh ini memiliki versi yang berbeda. Ogoh-Ogoh juga termasuk seni patung yang berasal dari Kebudayaan masyarakat Bali yang menggambarkan kepribadian dari Bhuta Kala.
Ogoh-ogoh mewakili roh jahat dan ditujukan untuk menetralisir lingkungan dari hal-hal negatif sehingga akan tercipta kedamaian dan keharmonisan. Nama ogoh-ogoh berasal dari kata "ogah-ogah" yang berarti "mengguncang" dan mewakili kejahatan yang perlu dimusnahkan. Masyarakat banjar yang ikut mengarak ogoh-ogoh akan mengguncang-guncangkan ogoh-ogoh. Setelah diarak, ogoh-ogoh itu nantinya dibakar sebagai simbol pemurnian diri. Dengan membakar ogoh-ogoh, umat Hindu artinya telah siap memperingati Nyepi dalam keadaan suci. Di hari kesunyian itu, umat diharapkan untuk diam dan melakukan refleksi diri "mulat sarira".
Di Kelurahan Semarapura Tengah, ogoh-ogoh ini dibuat oleh Seka Truna Truni dan dibantu oleh penglingsir serta masyarakat di lingkungan Kelurahan Semarapura tengah. Sampai akhir parade ogoh-ogoh situasi tetap aman.
Bersama jaga solidaritas.
Bersama jaga soliditas
Kreasi boleh berbeda.
Tapi Tetap jaga solidaritas.
Tetap jaga soliditas.
Bersama kita bisa.
Smangaaattt....
Salam Gema Santi